Sinarberitanews.com, BEIJING - Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China Kamis mengusir sebuah kapal perang Amerika Serikat (AS) yang masuk tanpa izin ke perairan teritorial China di lepas Kepulauan Xisha (Paracel) di Laut China Selatan. Kapal yang diusir adalah USS Mustin yang dilengkapi rudal terpandu.
Kepulauan Paracel merupakan wilayah yang jadi sengketa antara China dan beberapa negara Asia Tenggara.
Juru bicara Komando Teater Selatan PLA, Kolonel Senior Li Huamin, mengatakan operasi Washington di tengah pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa Amerika adalah sumber yang menyabotase perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
Menurutnya, Komando Teater Selatan PLA mengorganisir pasukan Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk mengikuti kapal USS Mustin ketika secara ilegal masuk ke lepas Kepulauan Xisha, Kamis.
"Pasukan Komando Teater Selatan PLA mengikuti dan memantau jalurnya, mengidentifikasi kapal, memperingatkan dan mengusirnya," kata Li, yang dikutip dari Global Times, Jumat (29/5/2020).
"Tindakan provokatif ini, adalah tindakan navigasi hegemonik terang-terangan, secara serius melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China serta hukum dan norma internasional terkait dan secara serius menyabot perdamaian dan stabilitas di wilayah Laut Cina Selatan," ujarnya.
Ini bukan pertama kalinya PLA mengusir kapal perang AS dari Laut China Selatan tahun ini. Peristiwa serupa terjadi pada akhir Januari yang dialami kapal perang USS Montgomery di dekat Kepulauan Nansha (Spratly). Kemudian awal Maret dialami kapal USS McCampbell di dekat Kepulauan Xisha dan akhir April dialami kapal USS Barry juga di dekat Kepulauan Xisha.
Sebelumnya, Amerika telah mengerahkan dua pesawat pembom B-1B Lancer di atas kawasan Laut China Selatan. Kedua pesawat pembom yang bermarkas di Guam itu melakukan patroli, hari Selasa.
"Di masa ketika pandemi Covid-19 masih mengguncang dunia, AS mengabaikan keamanan rakyatnya dan tidak fokus pada kontrol epidemi domestik, juga tidak berkontribusi pada kontrol pandemi global, tetapi mengirimkan kapal perang jarak jauh ke Laut China Selatan, memamerkan kekuatannya dan menyebabkan masalah," papar Li.
Menurutnya, hal itu menunjukkan sifat munafik AS dalam berbicara dengan satu cara dan bertindak dalam cara lain dan sepenuhnya menunjukkan bahwa militer AS adalah sumber bencana yang menyabot perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
Global Times mengutip pakar militer China yang tak disebutkan namanya mengatakan AS berusaha untuk membuat operasi seperti itu menjadi rutin, dan PLA telah menunjukkan siap dan mampu menghentikan aksi-aksi militer AS tersebut.
Militer Washington belum berkomentar atas pengusiran kapal perangnya dari wilayah sengketa di Laut China Selatan. Amerika sejatinya tidak terlibat sengketa di wilayah itu, namun juga tidak menerima klaim Beijing atas mayoritas kawasan Laut China Selatan. Sumber sindonews.com. (Red)