Program "KOTAKU" Tanpa Kumuh Di Pringsewu Sudah Berjalan 7 Tahun

Program "KOTAKU" Tanpa Kumuh Di Pringsewu Sudah Berjalan 7 Tahun

14/12/2021, Desember 14, 2021


PRINGSEWU,sinarberitanews.com - Asisten Setda Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Drs.Masykur, MM. Menghadiri sekaligus Membuka kegiatan Lokakarya  Program KOTAKU Tahun 2021 Melalui Video Conference. Bertempat di Ruang kerjanya, Senin (13/12).


Turut mendampingi Sekretaris Dinas Koperindag, Sulistyo Ningsih,SE.,MM. Kepala  Seksi Komunikasi Publik Diskominfo, Yuni Efrizal, S.IP., Kepala Seksi Aplikasi Informasi Diskominfo, Arviansyah, SH.


Sambutan Bupati Pringsewu Dibacakan Asisten bidang Ekonomi pembangunan, Drs. Masykur, MM. "Program kota tanpa kumuh kotaku sudah berjalan 7 tahun sejak tahun 2015". berbagai tempat infrastruktur sudah dibangun di kelurahan rukun sesuai SK Bupati tahun 2014 dan pembaharuan SK kumuh Bupati tahun 2020. program KOTAKU pada tahun 2015 dimulai di pekon  Jati agung Kecamatan Ambarawa dengan program penataan lingkungan pemukiman berbasis masyarakat (PPLBK ) berlanjut dengan kegiatan kolaborasi infrastruktur dan business Development Center (BDC) pada tahun 2016, kegiatan skala lingkungan pada tahun 2017 - 2019, serta kegiatan skala kawasan, padat karya dan infrastruktur livelihood/PPKM pada tahun 2020/2021.


Menurut hasil sertifikasi kegiatan oleh dinas PUPR Pringsewu bersama konsultan, kualitas infrastruktur yang dihasilkan sudah memadai, namun kesadaran untuk memelihara pasca konstruksi harus terus dimaksimalkan.  inilah tantangan utama sebenarnya dalam penanganan masalah kekumuhan, yaitu membangun budaya hidup bersih oleh masyarakat di lingkungan masing-masing.


Alokasi investasi infrastruktur dan pendukungnya melalui program kotaku cukup besar setiap tahunnya, rata-rata 1 miliar per kelurahan. sangat disayangkan jika hasilnya tidak maksimal dan  "lifetime" atau masa pakai infrastrukturnya kurang dari 5 tahun.  oleh karenanya, supaya "lifetime" Aset kotaku bisa lebih dari 5 tahun, masyarakat harus merawat dan memeliharanya.


 Tahun 2017, awal program KOTAKU diluncurkan di kabupaten Pringsewu, saya melakukan kunjungan ke Jogjakarta untuk belajar langsung bagaimana menata kawasan kumuh. ternyata kunci sukses penataan kawasan kumuh di Yogyakarta adalah adanya kolaborasi dari berbagai pihak, baik perangkat daerah, swasta, perguruan tinggi dan masyarakat.


Disana peran komunikasi masyarakat sangat signifikan dalam penanganan kumuh, seperti bank sampah paguyuban warga, seniman, dan kelompok pemuda, dan lain-lain saat berkunjung ke kelurahan Karangwaru dan Ngampilan, Lorong-lorong yang tadinya kumuh berubah menjadi  tertata dan hijau.


Saya yakin, di kabupaten Pringsewu juga bisa demikian. lorong-lorong lingkungan yang awalnya kumuh bisa menjadi lingkungan yang hijau dan asri. Untuk itu saya mengajak kita semua yang hadir, mari kita kuat kan kolaborasi program antar seluruh stakeholder di kabupaten Pringsewu.


Setelah berjalan 4 tahun sejak tahun 2017, saya kemudian mengunjungi lokasi kegiatan KOTAKU. Saya melihat ada perubahan wajah di beberapa lokasi sesuai dengan yang saya harapkan tadi. seperti lingkungan kenanga dan lingkungan tempel di kelurahan Pringsewu Utara, yang awalnya kumuh menjadi lebih tertata. begitupun di kelurahan Pringsewu Selatan, Podomoro, Sidoharjo dan lain-lain.


Saya mendapat informasi, Berkat kinerja yang baik pelaksanaan program kotaku Pringsewu, pada tahun 2019 kabupaten Pringsewu menyabet penghargaan peringkat ke-3 (tiga) kategori KOTA KABUPATEN TERBAIK wilayah 1 di regional Sumatera. tepatnya dalam dukungan penyelenggaraan program oleh pemerintah Daerah di skala kawasan, penyerapan bantuan pemerintah untuk masyarakat (BPM), kolaborasi, inovasi dan pengurangan kawasan kumuh.


Saya ucapkan terima kasih kepada BPPW Lampung, KMWLampung,  kelompok kerja perumahan dan kawasan permukiman (Pokja PKP) Pringsewu, Tim Korkit  kotaku, LKM dan masyarakat atas kinerjanya sehingga kabupaten Pringsewu mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat.


Terkait dengan program skala kawasan Pringsewu yang telah direalisasikan yakni Pembangunan 3 (Tiga) unit tempat pengolahan sampah Reduce , Reuse dan risiko atau (TPS3R) pada tahun 2020 di Pringsewu barat,  Pringsewu Selatan dan pantura serta pembangunan 2 unit tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) di Podomoro dan Sidoharjo, kami ucapkan terima kasih kepada kepala balai prasarana infrastruktur wilayah (BPPW) Kasatker pelaksanaan prasarana permukiman provinsi Lampung.

Dan PPK PKP Provinsi Lampung  yang telah mendukung penuh proses perencanaan, pengajuan dan pelaksanaan pembangunan skala kawasan Pringsewu tersebut.


Untuk menyelesaikan skala kawasan tersebut kami telah membentuk "support system" mulai dari kelembagaan pengelolaan TPS3R. regulasi dan biaya operasionalnya. infrastruktur pengelolaan sampah di kabupaten Pringsewu masih perlu ditingkatkan. infrastruktur yang ada seperti tempat pembuangan akhir (TPA) kontainer sampah, Armada truk sampah dan lain-lain. belum mencukupi dalam melayani seluruh wilayah kabupaten Pringsewu yang luas.


Dukungan pengelolaan sampah kepada pemerintah kabupaten Pringsewu tidak hanya datang dari Bank sampah dan komunitas KOTAKU, tapi juga dari dunia pendidikan seperti universitas Muhammadiyah Pringsewu yang memberikan edukasi kepada bank sampah di Bumi Jejama secancanan, kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Pringsewu, kelompok sadar kebersihan (pokdarsih) Pringsewu, karang taruna, mahasiswa institut teknologi Sumatera (ITERA) yang melakukan penelitian pengelolaan sampah, Gereja Katolik Pringsewu yang melakukan pelatihan magot, bantuan motor roda tiga dari CSR perusahaan swasta serta media massa yang selalu melakukan peliputan terkait pengelolaan persampahan di kabupaten Pringsewu.


Setelah terbangunnya 3 (unit) TPS3R, persoalan persampahan di wilayah perkotaan Pringsewu perlahan dapat diurai. sampah-sampah tidak lagi terlihat berserakan sembarangan di lingkungan pemukiman. tidak hanya itu, dengan terbangunnya TPS3R  masyarakat mendapatkan manfaat secara ekonomi dari sampah.


Konsep Bank sampah tetap dipertahankan di TPS 3R, hal tersebut sebagai jenis stimulus kepada warga untuk memilih sampah dari rumah tangga. pemerintah kabupaten Pringsewu membutuhkan partisipasi masyarakat yang lebih luas lagi. Harapannya Bank sampah unit (BSU) bsu bisa terbentuk di semua kelurahan/Pekon dan tingkat kabupaten, terbentuk bank sampah induk Pringsewu (Bank Sampah SAMISEWU), sehingga persoalan persampahan yang menjadi aspek utama penanganan kumuh di bumi jejamasecancanan bisa ditangani dengan sinergitas semua pihak demi Kabupaten Pringsewu yang kita cintai ini. (Merliyansyah)

TerPopuler